Sejak puluhan tahun lalu, pranoto mongso sudah dijadikan pedoman
bagi masyarakat petani untuk menandai periode pertanian. Namun
sepertinya semakin ke sini, banyak hal-hal yang sudah berubah terutama
dari kondisi cuaca maupun musim yang menjadi serba tak-tentu.
Berikut ini tulisan dari web http://www.karatonsurakarta.com/pranotomongso.html tentang hal ini.
Pranata
Mangsa atau aturan waktu musim biasanya digunakan oleh para petani
pedesaan, yang didasarkan pada naluri saja, dari leluhur yang sebetulnya
belum tentu dimengerti asal-usul dan bagaimana uraian satu-satu
kejadian di dalam setahun. Walau begitu bagi para petani tetap dipakai
dan sebagai patokan untuk mengolah pertanian. Uraian mengenai Pranata
Mangsa ini diambil dari sejarah para raja di Surakarta, yang tersimpan
di musium Radya-Pustaka.
Menurut sejarah, sebetulnya baru dimulai tahun 1856, saat kerajaan Surakarta diperintah oleh Pakoeboewono VII, yang memberi patokan bagi para petani agar tidak rugi dalam bertani, tepatnya dimulai tanggal 22 Juni 1856, dengan urut-urutan :
Kasa, mulai 22 Juni, berusia 41 hari. Para petani
membakar dami yang tertinggal di sawah dan di masa ini dimulai menanam
palawija, sejenis belalang masuk ke tanah, daun-daunan berjatuhan.
Penampakannya/ibaratnya : lir sotya (dedaunan) murca saka ngembanan
(kayu-kayuan).
Karo, mulai 2 Agustus, berusia 23 hari. Palawija
mulai tumbuh, pohon randu dan mangga, tanah mulai retak/berlubang.
Penampakannya/ibaratnya : bantala (tanah) rengka (retak).
Katiga, mulai 25 Agustus, berusia 24 hari. Musimnya/waktunya lahan
tidak ditanami, sebab panas sekali, yang mana Palawija mulai di panen,
berbagai jenis bambu tumbuh. Penampakannya/ibaratnya : suta (anak) manut
ing Bapa (lanjaran).
Kapat, mulai 19 September, berusia 25 hari. Sawah
tidak ada (jarang) tanaman, sebab musim kemarau, para petani mulai
menggarap sawah untuk ditanami padi gaga, pohon kapuk mulai berbuah,
burung-burung kecil mulai bertelur. Penampakannya/ibaratnya : waspa
kumembeng jroning kalbu (sumber).
Kalima, mulai 14 Oktober, berusia 27 hari.
Mulai ada hujan, selokan sawah diperbaiki dan membuat tempat mengalir
air di pinggir sawah, mulai menyebar padi gaga, pohon asem mulai tumbuh
daun muda, ulat-ulat mulai keluar. Penampakannya/ibaratnya : pancuran
(hujan) emas sumawur (hujannya)ing jagad.
Kanem, mulai 10 Nopember, berusia 43 hari. Para
petani mulai menyebar bibit tanaman padi di pembenihan, banyak
buah-buahan (durian, rambutan, manggis dan lain-lainnya), burung blibis
mulai kelihatan di tempat-tempat berair. Penampakannya/ibaratnya : rasa
mulya kasucian (sedang banyak-banyaknya buah-buahan).
Kapitu, mulai 23 Desmber, usianya 43 hari. Benih
padi mulai ditanam di sawah, banyak hujan, banyak sungai yang banjir.
Penampakannya/ibaratnya : wisa kentar ing ing maruta (bisa larut dengan
angin, itu masanya banyak penyakit).
Kawolu, mulai 4 Pebruari, usianya 26 hari, atau 4
tahun sekali 27 hari. Padi mulai hijau, uret mulai banyak.
Penampakannya/ibaratnya : anjrah jroning kayun (merata dalam keinginan,
musimnya kucing kawin).
Kasanga, mulai 1 Maret, usianya 25 hari. Padi mulai
berkembang dan sebagian sudah berbuah, jangkrik mulai muncul, kucing
mulai kawin, cenggeret mulai bersuara. Penampakannya/ibaratnya :
wedaring wacara mulya ( binatang tanah dan pohon mulai bersuara).
Kasepuluh, mulai 26 Maret, usianya 24 hari. Padi
mulai menguning, mulai panen, banyak hewan hamil, burung-burung kecil
mulai menetas telurnya. Penampakannya/ibaratnya : gedong minep jroning
kalbu (masa hewan sedang hamil).
Desta, mulai 19 April, berusia 23 hari. Seluruhnya
memane n padi. Penampakannya/ibaratnya: sotya (anak burung) sinara wedi
(disuapi makanan).
Saya, mulai 12 Mei, berusia
41 hari. Para petani mulai menjemur padi dan memasukkan ke lumbung. Di
sawah hanya tersisa dami. Penampakannya/ibaratnya : tirta (keringat) sah
saking sasana (badan) (air pergi darisumbernya, masa ini musim dingin,
jarang orang berkeringat, sebab sangat dingin).
Demikian uraian singkat tentang Pranata Mangsa, yang
jika dikaitkan dengan kondisi saat ini, hal tersebut diatas tentunya
harus dicocokkan secara ilmiah, kondisi alam, kemajuan teknologi, dan
sebagainya.
mukhlason
ic/pnrbngn/99