Monday, February 20, 2012

Pranoto Mongso : Pedoman Waktu untuk Pertanian

 
 
Sejak puluhan tahun lalu, pranoto mongso sudah dijadikan pedoman bagi masyarakat petani untuk menandai periode pertanian. Namun sepertinya semakin ke sini, banyak hal-hal yang sudah berubah terutama dari kondisi cuaca maupun musim yang menjadi serba tak-tentu.
 
Berikut ini tulisan dari web http://www.karatonsurakarta.com/pranotomongso.html tentang hal ini.
 
Pranata Mangsa atau aturan waktu musim biasanya digunakan oleh para petani pedesaan, yang didasarkan pada naluri saja, dari leluhur yang sebetulnya belum tentu dimengerti asal-usul dan bagaimana uraian satu-satu kejadian di dalam setahun. Walau begitu bagi para petani tetap dipakai dan sebagai patokan untuk mengolah pertanian. Uraian mengenai Pranata Mangsa ini diambil dari sejarah para raja di Surakarta, yang tersimpan di musium Radya-Pustaka.
 
Menurut sejarah, sebetulnya baru dimulai tahun 1856, saat kerajaan Surakarta diperintah oleh Pakoeboewono VII, yang memberi patokan bagi para petani agar tidak rugi dalam bertani, tepatnya dimulai tanggal 22 Juni 1856, dengan urut-urutan :
 
    Kasa, mulai 22 Juni, berusia 41 hari. Para petani membakar dami yang tertinggal di sawah dan di masa ini dimulai menanam palawija, sejenis belalang masuk ke tanah, daun-daunan berjatuhan. Penampakannya/ibaratnya : lir sotya (dedaunan) murca saka ngembanan (kayu-kayuan).
 
    Karo, mulai 2 Agustus, berusia 23 hari. Palawija mulai tumbuh, pohon randu dan mangga, tanah mulai retak/berlubang. Penampakannya/ibaratnya : bantala (tanah) rengka (retak).
 
    Katiga, mulai 25 Agustus, berusia 24 hari. Musimnya/waktunya lahan tidak ditanami, sebab panas sekali, yang mana Palawija mulai di panen, berbagai jenis bambu tumbuh. Penampakannya/ibaratnya : suta (anak) manut ing Bapa (lanjaran).
 
    Kapat, mulai 19 September, berusia 25 hari. Sawah tidak ada (jarang) tanaman, sebab musim kemarau, para petani mulai menggarap sawah untuk ditanami padi gaga, pohon kapuk mulai berbuah, burung-burung kecil mulai bertelur. Penampakannya/ibaratnya : waspa kumembeng jroning kalbu (sumber).
 
    Kalima, mulai 14 Oktober, berusia 27 hari. Mulai ada hujan, selokan sawah diperbaiki dan membuat tempat mengalir air di pinggir sawah, mulai menyebar padi gaga, pohon asem mulai tumbuh daun muda, ulat-ulat mulai keluar. Penampakannya/ibaratnya : pancuran (hujan) emas sumawur (hujannya)ing jagad.
 
    Kanem, mulai 10 Nopember, berusia 43 hari. Para petani mulai menyebar bibit tanaman padi di pembenihan, banyak buah-buahan (durian, rambutan, manggis dan lain-lainnya), burung blibis mulai kelihatan di tempat-tempat berair. Penampakannya/ibaratnya : rasa mulya kasucian (sedang banyak-banyaknya buah-buahan).
 
    Kapitu, mulai 23 Desmber, usianya 43 hari. Benih padi mulai ditanam di sawah, banyak hujan, banyak sungai yang banjir. Penampakannya/ibaratnya : wisa kentar ing ing maruta (bisa larut dengan angin, itu masanya banyak penyakit).
 
    Kawolu, mulai 4 Pebruari, usianya 26 hari, atau 4 tahun sekali 27 hari. Padi mulai hijau, uret mulai banyak. Penampakannya/ibaratnya : anjrah jroning kayun (merata dalam keinginan, musimnya kucing kawin).
 
    Kasanga, mulai 1 Maret, usianya 25 hari. Padi mulai berkembang dan sebagian sudah berbuah, jangkrik mulai muncul, kucing mulai kawin, cenggeret mulai bersuara. Penampakannya/ibaratnya : wedaring wacara mulya ( binatang tanah dan pohon mulai bersuara).
 
    Kasepuluh, mulai 26 Maret, usianya 24 hari. Padi mulai menguning, mulai panen, banyak hewan hamil, burung-burung kecil mulai menetas telurnya. Penampakannya/ibaratnya : gedong minep jroning kalbu (masa hewan sedang hamil).
 
    Desta, mulai 19 April, berusia 23 hari. Seluruhnya memane n padi. Penampakannya/ibaratnya: sotya (anak burung) sinara wedi (disuapi makanan).
 
    Saya, mulai 12 Mei, berusia 41 hari. Para petani mulai menjemur padi dan memasukkan ke lumbung. Di sawah hanya tersisa dami. Penampakannya/ibaratnya : tirta (keringat) sah saking sasana (badan) (air pergi darisumbernya, masa ini musim dingin, jarang orang berkeringat, sebab sangat dingin).
 
Demikian uraian singkat tentang Pranata Mangsa, yang jika dikaitkan dengan kondisi saat ini, hal tersebut diatas tentunya harus dicocokkan secara ilmiah, kondisi alam, kemajuan teknologi, dan sebagainya.

--
mukhlason
ic/pnrbngn/99

Cerita Perjalanan: The Delicate Arch

 
Alhamdulillah, atas kemurahan-Nya, sampai juga kami ke tempat ini. Sungguh tidak terbayangkan sebelumnya kami bisa mendekati dan melihat langsung monumen alam The Delicate Arch ini.
Dalam perjalanan darat menggunakan mobil dari Cleveland, Ohio ke San Fansisco, California, kami melewati sebuah kota kecil yang namanya Moab, yang terletak di negara bagian Utah. 
Untuk mencapai lokasi The Delicate Arch, tidak semudah yang kami bayangkan. Kami harus berjalan sekitar 1 jam-an dari tempat parkiran. Kesulitannya adalah kami harus membawa anak2 kami yang masih kecil sedangkan cuaca semakin siang semakin panas saja.
Istri dan anak2 awalnya ikut berjalan . . tetapi setengah jalan akhirnya dengan berat diputuskan untuk menunggu saja . . dengan pertimbangan bekal air kami semakin menipis dan suhu udara semakin meninggi karena posisi matahari yang semakin meninggi.. Anak2 (waktu itu umur 5 dan 3 tahun) dirayu ibunya supaya tidak patah semangat, dan alhamdulillah memang anak2 jadinya semangat untuk ikut berjalan walaupun mereka mengikuti kami dengan susah payah.
The Delicate Arch adalah batuan yang berdiri bebas yang tingginya sekitar 16 meter . . merupakan landmark kebanggaan negara Amerika . . obyek ini menurut referensi dijadikan US National Monument pada tahun 1929 . . bentuk lengkung dan aneh itu terjadi karena pengaruh cuaca dan erosi yang terjadi dalam waktu yang sangat lama.
Cuplikan dari sebuah situs menggambarkan suasana di sekitar The Delicate Arch itu:
photos do not adequately convey the stunning beauty that hits you as you come over the ridge and see the arch in person for the first time-when you stand under it, the arch towering above your head, slickrock canyons falling away below you, the snow-covered La Sal Mountains in the distance. It is a spectacular sight . . 
Semoga bermanfaat ceritanya.

Goodbye Whitney Houston a poem of Esthi Tb


 
Rest In Peace Whitney Houston
You are such a great talent and my favourite singer all time
One Momment In Time,
Your song in an Olympiade 1988,
oo..How I love it!
It helps me to stand up when I fall
It inspires many people to achieve one momment
to remember for the rest of their lives
Rest In Peace Diva
After all someday we all die
But we always search for one time
one day to remember
one momment of thruth
to see who we really are
and how much we can get
and how far we can go
and how deep we can dive
and how high we can jump
and how fast we can run
and how long we can survive
honestly and genuinely
before the last day of our lives
to go to the other place where you can feel
as you say
" ... Eternity "
Goodbye Whitney Houston
 
 
--
Brgds,
Esthi T. Bhirawati - TF 83 ITB
 

Pelajaran Hidup

 
 
SENI tidak lebih penting daripada HIDUP
Namun HIDUP terasa MENYEDIHKAN bila TANPA SENI
 
Orang yang tidak tahu cara HIDUP YANG BAIK
Harus bisa MENINGGAL dengan BAIK

Jika orang membungkus dirinya SENDIRI
Ia akan membuat BUNGKUSAN YANG CANTIK

Senyum adalah KUNCI pembuka RUMAH KEBAHAGIAAN
KASIH SAYANG adalah PINTUNYA

Sikap SELALU GEMBIRA adalah TAMANNYA IMAN adalah CAHAYANYA
RASA AMAN adalah DINDINGNYA

KEBAHAGIAAN adalah ketika seseorang memiliki WAJAH YANG CERAH,
kebun yang HIJAU, Air minum yang SEJUK, Buku (bacaan) YANG BERMANFAAT, Hati yang BERSYUKUR, Terjauh dari MAKSIAT, serta MENCINTAI KEBAIKAN

KENIKMATAN DUNIA adalah FATAMORGANA
PENDERITAAN atau MUSIBAH adalah PENGHAPUS DOSA
KEMARAHAN adalah API YANG MENGHANGUSKAN
WAKTU KOSONG adalah KERUGIAN
IBADAH adalah PERNIAGAAN
KENIKMATAN DUNIA berada dalam KESEHATAN
Kenikmatan MASA MUDA berada dalam SEMANGAT dan KREATIVITAS
KEMULIAAN ada dalam TAKWA
KEHORMATAN ada dalam HARTA
KEPRIBADIAN YANG BAIK ada dalam KESABARAN

Jangan TERLALU BERAMBISI untuk mengerjakan seluruh yang di dengar
Jangan terlalu BERHARAP kepada Teman
Jangan mengerjakan SELURUH KEINGINAN

KEUNGGULAN dalam BERKATA-KATA menciptakan KEPERCAYAAN DIRI
KEUNGGULAN dalam BERPIKIR menciptakan SESUATU YANG SANGAT BESAR
KEUNGGULAN dalam MEMBERI menciptakan CINTA

Orang yang SABAR dan TOLERAN akan DIHORMATI
Orang yang PELIT DAN SERAKAH akan DIBENCI
Orang yang GEMAR berbuat KEBAIKAN akan DICINTAI
Orang yang sering MEMINTA-MINTA akan DIJAUHI
Mereka yang ORIENTASI hidupnya untuk DUNIA
Maka ia hanya akan mendapatkan DUNIA (bisa juga tidak mendapatkan apa-apa)
Mereka yang ORIENTASI hidupnya untuk AKHIRAT
Ia akan mendapatkan KEDUANYA...DUNIA dan AKHIRAT.

TINDAKAN MANUSIA BISA DIMODIFIKASI
 
Tetapi SIFAT MANUSIAWI tidak bisa diubah

CINTA...
KEBAHAGIAAN...
KASIH SAYANG...
PERSAUDARAAN DAN PERSAHABATAN...
Tumbuh dari HATI YANG TULUS...
Ada SATU KATA yang membebaskan kita dari BEBAN HIDUP dan PENDERITAAN
SATU KATA itu adalah KASIH...

Hiduplah seperti BURUNG ...
Yang selalu AKTIF MENCARI REZEKI pagi dan petang ...
Dia tidak menghiraukan apa yang akan terjadi ESOK HARI ...
Dia tidak pernah KHAWATIR akan HARI ESOK...
Dia juga TIDAK BERHARAP pada siapa pun...
TIDAK BERGANTUNG pada siapa pun...
Kecuali pada ALLAH
TIDAK MENYAKITI siapapun...
Serta terbang kian kemari dengan RIANG dan PENUH KELEMBUTAN

Bila KELEMBUTAN MELEKAT pada sesuatu pastilah ia akan MENGHIASINYA
Apabila TERLEPAS ia juga akan MEMPERBURUKNYA
Selamat menjalani hidup dengan indah dan penuh KASIH SAYANG
 
(Toni Pangcu ITB76 via Ari Surhendro ITB76)

Sunday, February 19, 2012

Catatan Sarasehan ITB75 Mengabdi

Berikut resume acara Sarasehan ITB&5 di Hotel Dana 16 Februari 2012.

Menurut salah satu pemrasaran, Bapak Danang Priatmojo AR75, alumni ITB 75 ingin berbuat sesuatu dan mengabdi. Salah satu programnya adalah sarasehan yang bertepatan dengan HUT Kota Solo ke 267 (dihitung tahun saat kraton pindah dari Karta-sura ke Sura-karta).

Menurut Bu Mooryati bendera merah putih asalnya dari Kraton Solo. Solo pun pernah jadi daerah istimewa, hanya beberapa waktu kemudian dicabut lagi keistimewaannya.

Kata Bu Mooryati lagi, mana heritage Solo itu, kratonnya saja bolong2, ada perpecahan. Beliau ingin Kraton Solo (Sala) bersatu dan memberikan keteladanan untuk masyarakat nantinya.

Pak Danang yang pernah belajar ke Belgia banyak menjelaskan mengenai sejarah bangunan dan tatakota Surakarta. Foto2 koleksinya bagus2. Stadion Solo pernah menjadi yang terbesar di Indonesia, sehingga PON pertama di adakan di Solo.

Ada pembicara ITB 75 lainnya, Pak Kosasih, beliau mendengar kalau angkatannya mengadakan acara di Solo, kata beliau, saya pengen ikutan berbuat bersama alumni. Beliau banyak menjelaskan mengenai EQ.

Pembahas lainnya, Pak Sudharmono, beliau seorang sejarawan Solo, menyampaikan hal yang menarik. Kalau bangunan fisik dianggap siang. Maka beliau ingin mengungkapkan yang sifatnya malam. Yaitu apa2 yang dibalik suatu peristiwa. Sejarawan ingin menggali hal2 yang belum dipahami masyarakat mengenai masa lalu.

Apreasi dengan apa yang dilakukan oleh ITB angkatan 75. Terlihat cukup banyak alumni angkatan non 75 yang berkenan hadir.

Semoga saja upaya2 yang dilakukan oleh alumni ITB tersebut bisa memberikan manfaat untuk lingkungannya.

-akbar

Senior Citizen dan Komputer

Di Madison dulu aku sering jadi "coach" computer untuk para senior-citizen (lansia) yang sebelumnya tidak pernah menyentuh komputer atau bahkan mengidap phobia pada teknologi terutama computer.

Computer of choice .. aku batasi dengan "Mac only" (karena jauh lebih stabil, consistent dan practically virus-free). Aku tanya dulu hobby, kegiatan sehari-hari ... yang kemudian aku terjemahkan ke "setup" komputernya. Contoh berikut adalah UW staff retiree, usia nenek-nenek ... Case #7: Woman, age 70+ years, interested in her genealogy [studi tentang silsilah / garis keturunan]

Aku cari Mac bekas di UW Surplus Store [that's all I could afford], fresh install, put her user ID/name and password. Put 3 icon (alias) on the desktop: Textedit, eMail, Web-browse. Tentu saja harus ditunjukkan (hands-on, let her try too): click this to write something, this for sending email, and this to get info from the Net. You cut-and-paste between them. That's all, 5-10 minutes instruction. In a week, this old grandma was busy talking to her "genealogy family" all over the world, and began building her own genealogy database.

Praktek ini masih kulanjutkan sekarang di tanah air, tentu saja cari Mac bekas tidak mudah (dan kantong tidak setebal jaman masih kerja di Madison :-), tetapi modus operandi masih sama. Just three icon: this to write something, this for sending email, and this to get info from the Net ... oh, tambah satu-dua: click this for learning english, this for french, this for spanish, etc. Aku drop satu Mac/laptop yang "siap pakai" semacam ini ke rumah seorang sesepuh/saudara tua, sebagai experiment.

Reaksinya: Wow ... terus berapa duitnya? [barangkali ini reaksi normal disini]. Jawabku: use it. If you like it, keep it. If you want to contribute (or just "feel guilty" getting stuff for free :-) --which is totally optional/voluntary-- put the money in the "kotak sumbangan" ... nanti akan dipakai untuk beli Mac bekas buat diberikan kepada orang lain yang membutuhkan.

Aku yakin (dari studi gerontology) bahwa umur panjang itu bisa dicapai --dan yang lebih penting, dinikmati)-- selama otak kita aktip bekerja untuk hal-hal yang kita suka/cintai. Dan komputer, dengan setup yang tepat, bisa membantu upaya ini.

Moko/

++++
 
Posted to milis itbsolo in Tue Oct 4, 2011 12:04 am

The Man in the Mirror

This morning I woke up with a throbing headache ... not a good way to start a day, especially with the thought that the library is closed for the next three days due to the Memorial Day break. What to do, what to do?

There is a big heap of books, papers, and myriads of knick-knacks I have been meaning to clean up eons ago but always find an excuse to procastinate. "Just do it!' my brain hollered a stern order, and my body complied. It was done, amazingly quick and easy. I should have done it years ago.

Now that I have extra space on the desk I put second keyboard for an old computer that's been idle there for who knows how long. I turned it on [surprisingly, I still remember the login password :-] and found out that this is the computer I put together some years ago for learning-teaching language [Project Lingua]. The iTunes library was crowded with modules for Spanish, French, German and Italian, and I also found some oldies such as "Bee Gees' Greatest Hits" ... When I was small, and Christmas tree were tall ... [Oh boy, am I that old?]

From one of library books [I borrowed tons of them from the Public Library] a piece of paper fell on my lap. It appears to be a poem clipped from an old newspaper, dated December 31, 1999 - sent by the grandson of the author to Ann Landers' column. It goes like this:


The Mirror
By John T. West, Jr.

The other day, I happened by chance,
As I passed a mirror, to give it a glance.
And I wondered who that old man could be,
Who, with his mouth wide open, was looking at me.

His bald head was sprinkled with a little gray fuzz,
And he wasn't at all handsome (like I always was).
He looked like a sack of mismatched parts,
Put together without aid of instructions or charts.

And while I know that my shoulders don't slump,
This person's were misshapen in one ugly hump!
Now, if that was my image, I only can say,
They don't make mirrors like they did in my day.


For those who still think they need a reminder, at least once a year, by the-so-called 'birthday', let me extend my sympathy, from the bottom of my heart. It is not my birthday today, and I've already forgotten when it was or will be, but I try not to look at the mirror, at least in the next three days, until the library opens again on Tuesday [Then, it's business as usual, and I will be too busy to notice 'the man in the mirror'].

Have a nice weekend,
May 23, 2009

\Moko/

++++

Sosok Langka: Ir. Soetami

Saya "kenal" dengan Ir. Sutami, menteri PU, karena pernah nyaalami waktu wisuda gara-gara dianggap top-of-the-class di Pasca Sarjana Jalan Raya pertama, pakai logat Jawatimur (tahu aku arek Malang): "Kon iku pinter temen, Rek!" .. yang menarik, waktu lulus SMA, kejadiannya dan ucapannya juga sama, cuma yang nyalami waktu itu kepala PU Malang/Jatim. (Ironinya aku tidak pernah tertarik untuk bekerja di PU :-)

Menteri Sutami itu merupakan sosok yang paling jujur yang pernah saya kenal. 
 
Hidupnya juga sak madya, sederhana. (Tidak heran kalau asalnya dari Solo :-) Kalau dibanding pejabat PU jaman sekarang, termasuk yang ecek-ecek ... bumi-langit perbedaannya. Sayang sekali hampir tidak ada yang mengangkat tulisan tentang sosok seperti Sutami ini. 
 
Kita butuh "real hero" yang bisa dijadikan contoh, role model oleh anak-anak generasi muda kita.

Moko/

++++

Banjiri Anak2 Kita dengan Buku2



Sudah tiga minggu ini saya "ngoprek" koleksi picture-books dari Persia/Iran (dalam bahasa Farsi), mumpung ada teman lama (di US) dalam urusan digitasi buku yang memberi akses pada hasil kerjaan group-project dia, special-collection picture books dari penerbit terbesar di Iran. [Barangkali satu saat bakal aksesibel via Internet, tetapi saat ini aku boleh "ngintip duluan" (sneak peek). Karena aku nggak ikutan dapat ijin lisensinya, hasilnya tidak dapat aku distribusikan atau dipasang di website -- menurut fair-use, kritik, studi dan pembahasan di kelas masih okay.]

Dunia buku anak di Iran ini merupakan fenomena (atau anomali) yang sangat menarik, bisa jadi inspirasi untuk belasan doctor thesis. Koleksi ini archive dari penerbit, dalam rentang 30 tahun, lebih dari 12.000+ halaman, hi-res images -- yang selama 3 minggu ini saya download, halaman demi halaman. Koleksi (yang memenuhi kriteria saya) terdiri dari 326 picture-books, dan dari jumlah tersebut 271 mendapat award atau nominasi internasional (negeri Iran/Persia memborong awards jauh lebih banyak dari negara manapun di dunia). 
Selanjutnya, dalam 3-4 minggu mendatang, pekerjaan yang harus dilakukan adalah "menjahit" halaman-halaman menjadi buku (pdf), dan kemudian proses klasifikasi dan  kompilasi menjadi digital-library supaya lebih mudah diakses dan dipelajari. 
Sebagian kecil yang sudah selesai saya tunjukkan didepan kelas design Senirupa-ITB 2 minggu yang lalu, yang hadir termasuk dosennya cuma bisa kemekmek terlongong-longong ... [if I'm allowed to say 'I told you so' ... you guys have to go out there more frequently ... biar nggak kuper].

Genre picture-book ini sebetulnya bukan tujuan utama dari riset saya, tetapi begitu sudah memulai sesuatu saya ini selalu "to deeply go where no one has gone before" [dengan kebandelan yang hanya bisa disaingi oleh Mbah Marijan]. Dan setelah bergumul dengan koleksi special ini (saya yakin di Indonesia belum pernah ada yang melihat ini kecuali "sneak preview" di kelas Senirupa-ITB itu), saya bener-bener memahami apa artinya ilustrasi buku yang baik itu. Dan kalau ini membantu proses menanamkan kecintaan baca bagi anak-anak ... well, it deserves very special attention.

[ Catatan: Ada ujar-ujar Mexico/Spanish yang sangat mengena dalam soal ini: Una pintura es un poema sin palabras ... a painting/picture is a poem without words. Ini kelihatan dari wajah anak-anak desa Cijengkol yang setiap hari Minggu berkumpul membentuk kelas ditengah sawah (aktivitas murid saya yang nomor 2). Umur mereka antara 3-9 tahun, rentang usia dalam target riset saya. Yang belum bisa baca, saya minta untuk "membaca gambarnya saja" ... And it works! (as predicted). ]

Selama 17 tahun belakangan saya tergerak untuk menggali kembali, dan mengembangkan lebih dalam dan luas, riset kolosal David McClelland di Harvard di tahun 50-60an, "The Achieving Society (1961)" -- yang menunjukkan kaitan erat antara dongeng/buku anak-anak dengan kemajuan industri satu masyarakat/bangsa. Singkat kata, buku/dongeng di masa kecil itu membentuk karakter kita setelah dewasa (sebagai individu maupun secara kolektip).

Kalau dibalik, dalam konteks praxis social-engineering misalnya, kalau kita memang menginginkan generasi mendatang, 20-30 tahun y.a.d., adalah masyarakat dengan karakter yang unggul, sekarang ini banjirilah anak-anak kita dengan buku-buku, ceritalah kepada mereka dongeng-dongeng yang mengandung "pesan moral" yang unggul (e.g. courage, honor, love, loyalty, integrity, respect, ... etcetera.). Menelusuri children literature memberikan evidence bahwa bangsa yang "berhasil" saat ini sudah melakukan conditioning lewat buku/dongeng jauh sebelumnya.

Paling tidak pesan yang kita harapkan tertanam dalam benak dan kepribadian si anak nanti  bukanlah seperti pada dongeng kancil kita selama ini: nyolong, ngapusi, nyolong, ngapusi ... dan sang kancil itu dianggap sebagai "cerdas" bahkan sedikit heroik [bisa 'get away' dari hukuman/konsekwensi dari akibat perbuatan buruknya]


Nuwun,
Moko/

PS: Buat yang belum kenal, seperti pernah saya tulis di milis alumni ITB, saya ini juga anak-turun wong Solo, jadi waktu ditanya seorang ibu di Chicago, "Panjenengan punika aslinipun saking pundi?" -- karena yang tanya pakai bahasa halus saya tidak langsung bilang, "Gandrik! Aku ini anak-turune wong Solo," tetapi jawaban yang tidak kalah mlipisnya, "Bapak-Ibu saking Solo, lahir wonten Malang, menawi aslinipun ... asli Madison!"

Posted on milis itbsolo Apr 12, 2011
2:57 a

Jurus Mengosongkan Pikiran

Metaphor "empty cup" bukan berarti "nggak tahu apa2" -- karena sesungguhnya kita ini tidak bisa "melupakan" apa yang sudah kita pelajari, apa yang sudah kita ketahui. "Empty cup" dalam konteks ini lebih berarti "mengosongkan pikiran" [paling tidak untuk sementara] ... menghilangkan segala preconception -- conception formed in advance of adequate knowledge or experience, especially a prejudice or bias.

Sebetulnya ini tidak berbeda dengan attidude dasar dari science ... semua yang kita ketahui atau yakini sebagai "truth" itu bersifat adhoc (sementara), hanya berlaku sampai ada "truth baru" yang lebih baik, yang lebih menjelaskan. 
 
Kalau kita bersikukuh 'nggondeli' truth yang lama, yang kita yakini (mungkin sejak lahir), mana bisa kita menerima adanya truth yang baru ini. Akibatnya upaya untuk menemukan truth yang lebih baik ini mandeg ... kemajuan science stagnant [seperti terjadi di masyarakat kita, bahkan dikalangan kampus kita sendiri].

"Mengosongkan cawan" ini bukan barang mudah ... karena ini bertentangan dengan nature manusia (yang ingin hidup tentram bisa tidur nyenyak business as usual). Dalam ilmu psychology dikenal istilh "cognitive dissonance" [Leon Festinger, 1950an] dimna dijelaskan bahwa kalau ada dua atau lebih cognition yang bertentangan -- misalnya, truth lama vs truth baru, orang cenderung memilih yang lama (cari gampangnya) ketimbang truth baru (yang masih belum sepenuhnya dimengerti). 
 
Karena itulah sering kusinggung bahwa ini butuh keberanian yang luar biasa, bahkan untuk melakukan hal-hal yang "biasa" seperti mencoba ambil satu course di OCW-MIT itu [yang sampai hari inipun belum ada yang laporan telah melakukannya].

Dalam konteks fisika Newtonian, ini bisa dilihat sebagai "inertia"(kelembaman) yang sangat besar, yang tidak mudah dibelokkan/diubah begitu saja. Makin tua inertia ini makin besar (akumulatip) sehingga kita makin susah belajar hal-hal yang baru. Hal kelihatan jelas dalam urusan bahasa asing (salah satu observasiku dalam riset linguistik) -- yang bagi anak-anak di Cijengkol (3-10 tahun) adalah "a piece of cake" (dalam waktu yang sama aku memperkenalkan bahasa Inggris, Spanyol dan Perancis ... they just gobbled 'em up like it was a piece of cake :-)

"Truly wonderful, the mind of a child is."
-- Master Yoda, in Star War

____
Catatan: Buat para penggemar cerita silat, metafor ini dipakai oleh Chin Yung dalam cerita Sin-tiauw hiap-lu, dimana Siauw-liong-li dengan mudah mempelajari ilmu yang seharusnya sulit untuk dipelajari orang-orang yang "pintar/cerdas" ... ilmu memecah pikiran dari Ciu-pek-tong yang kuncinya terletak pada "hun-sim-ji-yong" (membagi perhatian untuk dua peranan). Justeru orang yang cerdik pandai, orang yang banyak berpikir dan suka berpikir, malahan sulit disuruh belajar ilmu silat ini. Siauw-liong-li meskipun cerdas, sejak kecil sudah terlatih untuk mengontrol emosinya, dengan "mengosongkan pikiran" yang menjadi dasar ajaran perguruannya di Kuburan Mayat Hidup.


Moko/

++++++++++

Kho Ping Ho vs Chin Yung



Ada perbedaan besar antara "corpus" (body of work) dari Kho Ping Ho dan Chin Yung [yang diterjemahkan/disadur oleh Boe Beng Tjoe (OKT brothers?) dan Gan K.L.]:
KPH adalah orang lokal, asli sini, tidak bisa baca huruf-huruf cina ... karena itulah ceritanya juga lokal, tepatnya imaginasi lokal; sedangkan BBT dan GKL bisa baca huruf cina, karena itu mampu menyadur cerita Chin Yung itu yang dilatarbelakangi sejarah Tiongkok [bandingkan dengan cerita SH Mintardja yang dilatarbelakangi "Babad Tanah Jawi"]. Karena itulah ...

Cerita Chin Yung lebih "kolosal," penuh dengan partiotisme bela negara, mengusir musuh bersama (penjajah Mongol), disamping dentingan pedang dan kesiurnya angin pukulan, dan tentu saja element roman-cinta "boy meets girls, boy gets girl, etc." Cerita-cerita Kho Ping Ho sendiri lebih mengandalkan hebatnya jurus-jurus silat dan filosofi Konfusius nya ... apalagi KPH itu memang demen kasih nasihat kiri-kanan.

Di kampungku dulu (Malang), buku wajib (canon) dari dunia kang-ouw adalah trilogi Chin Yung ini. Sebelum baca tiga buku ini orang belum bisa diterima sebagai anggota 'kay pang' kita [dengan kata lain, pengemis tak berkarung]. KPH dan yang lain memang tidak jelek-jelek amat, tetapi hanya CY yang punya "big picture' konstelasi sejarah dan politik Tiongkok yang menjadi latar belakang cerita silat tersebut [dunia kangpuw yang sebenarnya].

tabik,
Moko/

        Boe lim cie coen po to to liong
Hauw leng thian hee boh kam poet ciong
        Ie thian poet coet swee ie ceng hong

(Yang termulia dalam rimba persilatan golok mustika membunuh naga
Perintahnya dikolong langit tiada manusia yang berani tidak menurut
Ie thian tidak keluar siapa lagi yang mampu melawan ketajamannya?)

+++++

Perjalanan: Puisi Esthi TB

Karena suasana yang mendung, hujan, suara geluduk menderu, tercipta puisi ini :)
 
 
Perjalanan
Puisi Esthi TB
 
Setiap jengkal hidup adalah perjalanan
Kadang tidak selalu di atas karpet merah
Bisa dipenuhi onak dan duri
Yang menggores dada, tangan dan kaki
 
Setiap tarikan nafas adalah cerita
Kadang tidak selalu berakhir bahagia
Bisa diwarnai duka nestapa
Yang meninggalkan luka dalam di jiwa
 
Setiap jejak langkah adalah akhir
Dari perjalanan terdahulu
Setiap pandangan adalah awal
Dari masa depan yang baru
 
Wahai duka, wahai luka, wahai nestapa
Mengapa engkau enggan pergi
Erat beradu di dalam relung hati
Mengapa engkau tak enyah dari dunia
 
Perjalananku
Akankah berhenti di persimpangan baru
Dan kupilih arah terbaikku
Menuju kebahagiaan bersama Mu
 
--
Slipi 26 Oktober 2011,
Esthi T. Bhirawati - TF 83 ITB
 
 
 

Belajar Bowling dengan Ahlinya



Gampang, asal tahu caranya.

Jangan nembak pin, tapi nembak arrow. Ayunan jgn di ubah2. Saran saya, coba dulu berdiri persis di "dot" belakang no 2 dari kanan (tempat berdiri utk start bowling biasanya ada 7 dot warna hitam, depan belakang). Terus mulai melangkah utk lempar bola. Kalo kaki kiri nggak pas di blkg garis batas melempar. Tempat berdiri awal digeser, bisa maju bisa mundur, tergantung posisi akhir kaki kiri. Kalo saya, mundur kira2 3 cm dari dot no-2 tadi. Di lintasan, ada dua baris arrow. Lihat arrow yg agak jauh (bukan yg paling dekat). Tembak arrow no-2. Kalo persis kena pin no 1 (paling depan), itu sdh benar.

Pertahankan dan hapalkan. Kalo saya, nembak arrow no-2 dari kanan, setengah kayu kanannya (diantara dua arrow terdiri dari 5 jalur kayu). Saya nembak di tengah2 kayu kelima, sblh kanan arrow no-2. Dgn model langkah saya, model irama ayunan saya, kalo tdk sdg bad day, pasti kena pin no-1. Jatuh semua (strike) tergantung power dan sudut bola kena pin.

Kalo bola anda jatuhnya di kiri pin no-1, berarti arrow yg ditembak geser ke kanan dikit. Dan sebaliknya.

Trial and error terus, sampai ketemu pola baku. Saya nemu pola itu juga makan waktu lama.
Paling gampang, minta diajarin penjaga disitu. Bayar 25 ribu biasanya sdh senang. Tapi ngajarinnya bisa berbeda, nggak apa2. Ikutin aja. Ntar di improve sendiri. Kalo model saya, gabungan teori matematis dan stereo (dan mektek hehehe).

Selamat mencoba pren.

Bowling olahraga paling enak dan sportif. Semua orang bisa. Bisa mentertawakan diri sendiri dan orang lain tanpa bermaksud mengejek. Nampak spotif nya kalo kita strike or spare, selalu tosss. Maksudnya biar ketularan strike or spare.

Kita datang tanpa bawa apa2, semua tersedia disitu. Jadi pas lewatpun, dan tiba2 pingin bowling, jadilah.

@ri m76

Posted to milis @ Tue, 20 Dec 2011 01:31:09

Perspektif Lain Esemka

Temans

Ini saya kutipkan notes-FB yang saya tulis dan mendapat sambutan beragam dari yang membacanya, lumayan rame

Saya kutipkan disini, karena saya juga mengutip dari milis ini, pemikiran Bang Yusman SD soal 'esemka', juga karena ini soal 'industrialisasi' di Kota Solo.......mungkin di milis ini ada tambahan atau koreksi, dipersilahkan.

Monggo.....

++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Antara Solo-Bandung dan Jakarta

Masyarakat kita tentunya juga terpengaruh media-media utama, menjadi masyarakat 'kagetan dan gumunan' (Jw : gampang terperanjat, gampang terpesona). Tentu dari falsafah Jawa, masyarakat yang demikian adalah masyarakat yang 'sakit'.

Puluhan tahun lalu, Prof Habibie, pernah meluncurkan tesis : kalau bangsa ini bisa bikin pesawat, maka sudah pasti bisa bikin apa saja. Nyatanya, bangsa ini, puluhan tahun lalu sudah bisa bikin 'pesawat-penumpang-komersial'. Lalu, mengapa pula kita begitu 'kaget dan gumun', ketika anak-anak SMK mempertontonkan 'hasil prakarya'nya dalam bentuk mobil dan pesawat 'capung'.

Kerinduankah pada kebanggaan nasional akan teknologi transportasi, sehingga ketika mendapat trigger dari Solo mobil 'esemka', munculah beberapa hasil prakarya siswa SMK, Jakarta Pesawat terbang, juga Bandung.

Di Solo tak kurang Walikotanya, mendorong kuat agar 'hasil prakarya' ini menjadi prototip 'mobil nasional', artinya dari 'hasil-prakarya' ini akan 'langsung' jadi komoditi industri, lengkap dengan siapnya PT SoloManufakturKreasi (swasta murnikah, swasta dan Pemkotkah?....saya belum dapat infonya, namun jelas apapun formatnya menyimpan segudang persoalan, salah satunya 'kepemilikan merek esemka itu sendiri, bukankah sampai dengan sebelum dipasangi AD-1 semua khan pake uang rakyat INDONESIA, lewat KEMENDIKBUD, lalu gimana 'ujug-ujug' jadi milik PT SMK????) sebagai Pemilik/Operator.

Tentu ketika menjadi komoditi-industri, berbagai sertifikasi harus dipunyai, agar konsumennya nanti 'terlindungi', dan ini...jalan panjang yang tidak mudah tentunya. Ada alternatif solusinya, seperti yang dituliskan oleh senior saya Mantan Menhub,Jusman SD, di akhir notes ini,dimana saya cuplik dari milis 'IA-ITB Solo'.

Lalu, tak terasa pula energi waktu dan pikiran pak Walikota tersedot banyak untuk mewujudkan industri-mobil di kota Solo. Diluar penghargaan saya yang setinggi-tinginya pada kreasi adik-adik siswa SMK akan mobil 'esemka', pilihan Pemkot untuk mendorong adanya industri (baca : pabrik) mobil di Kota Solo apa strategis? Lahannya? Amdalnya? Lha wong Industri Textile saja harus diluar kota Solo. Belum lagi soal 'multiplier effect' nya bagi kesejahteraan warga-Solo bagaimana?

Kalau hanya sekedar buat citra-kota, tentu tak strategis pula, lantaran Bandung dan Jakarta SMKnya toh sudah bisa bikin pesawat terbang. Belum lagi, ketika melihat bodi mobil itu, dimana letak 'kota solo'nya....istilah gaul-nya : 'ga kliatan solo-bangetnya'. Hitungan saya sih, citra kota Solo ga nambah secara signifikan dengan adanya pabrik mobil-nasional dikota ini. Citra Kota Solo sudah pada 'puncak'nya sekarang ini, dengan 'Ir Joko Widodo' sebagai ikonnya atawa 'mayor attribute brand'. Buktinya, banyak pihak yang ingin mengusungnya jadi Gubernur DKI [ jujur, kalau saya sih penginnya beliau jadi RI-1 2014-2024, hahaha......]. Iya toh?

Lebih 6(enam) tahun lalu, saya mendapat kewenangan dari pak Jokowi dalam  'meng- arrange' pertemuan beliau dan siswa SMA/K di Kota Solo secara bergiliran setiap bulan, guna ada komunikasi (saling pengertian) antara Pemkot dan Pihak sekolah. Dimana Pihak Sekolah memahami langkah-2 Pembangunan yang sedang dan akan dilakukan Pemkot Surakarta dan Pak Walikota mengerti dan memahami kendala dan potensi yang dimiliki Sekolah/siswa2nya.

Terus terang, seingat saya memang belum pernah 'mengajak' pak Walikota untuk datang ke SMK-Teknologi-, karena : pertama, lewat perusahaan (radio) yang saya pimpin waktu itu, saya ingin mencitrakan Solo yang 'feminin' layaknya 'putri Solo', sedangkan yang berbau 'mesin/teknologi' berkesan 'machoooo bangetttt'....kedua, terinspirasi dari ahli strategi Tiongkok kuna, Sun Zu, 'jangan naiki bukit yang diatasnya telah bertengger kompetitormu', dan belakangan ditulis oleh konsultan manajemen tingkat dunia sebagai 'blue ocean strategy'........ dimana kalo kita bicara 'teknologi', ingatan kita tentu pada kota Bandung (ITB-PT DI-PT INTI-PT KAI-PT PINDAD-PT Telkom) dan Surabaya (ITS-PT PAL), nah kalo urusan komputer/internet/multi-media (salah satu jalur 'ekonomi kreatif') Solo tertinggal lumayan jauhlah di banding 'kompetitor-bebuyutan'nya yakni Yogyakarta......oleh karena itu saya prioritaskan pak Jokowi untuk berkunjung ke SMK-Kesenian-Perhotelan-dan Ekonomi.

[ Kalau ga salah inget lagi, di SMKN-6 Ska, d/h SMEA (?), 6 tahun lalu bertemulah 'duo Joko' dibalik 'mobil esemka' itu. Pak Joko Widodo dan pak Joko Sutrisno - Direktur Pembinaan SMK Kemendikbud (?). Karena waktu itu bertemu dalam konteks 'hospitality industries', maka 'duo Joko' itu saya sandingkan dengan 'bule Perancis' - GM hotel bintang-4 di jln slamet riyadi ]

Jadi singkatnya, meng-endorse 'mobil esemka' bagi Pemkot Surakarta saya kira bukan jalan mulus yang 'enak-kepenak' dan hasilnya 'ora mentes/ora kacek/ora tambah kondang' (Jw Solo : signifikan), lalu mengapa harus pol-pol-an dalam effort -nya, salah-salah malah jadi 'kontra produktif' bagi citra kota dan kesejahteraan warga Surakarta.

Mekaten atur kula, menawi wonten tutur ingkang kurang trapsila, nyuwun agunging pangaksami

Nuwun.

++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Matur nuwun kawigatosanipun

Salam saking Solo

PedhetWijaya

Posted to milis itbsolo @ Wed Jan 25, 2012 1:15 am

Documentary film: Sex, Lies & Cigarette

13 tahun yang lalu, Sumer-Fall 1999, saya menulis essay panjang di milis Permias (perhimpunan mahasiswa indonesia di amerika serikat) tentang bahaya yang ditimbulkan oleh rokok, dan bagaimana "reaksi" masyarakat Amerika. Tulisan tersebut saya tutup dengan concern akan apa yang akan terjadi dalam waktu dekat. Berikut paragraf terakhir ...

Yang lebih mengerikan lagi adalah iklan rokok, yang di Amerika dilarang untuk ditargetkan kepada golongan muda, akan 'lari' keluar ke negara-negara yang lemah peraturan. Sudah bisa ditebak, dunia ketiga akan menjadi target pemasaran rokok pada millenium mendatang. -- Moko in "To Smoke or Not to Smoke"

Ternyata kekuatiran saya diatas terbukti, dan karena hanya Indonesia lah, bersama Zimbabwe, negara yang masih membolehkan iklan rokok ditempat umum -- yang bisa diakses, dan memang sengaja ditargetkan kepada anak-anak -- kesitulah ikal rokok yang bermilyard dollar itu pergi. Dan bisa ditebak, jumlah perokok, terutama perokok baru dikalanga anak muda dan wanita meroket.

Setelah bangsa ini menjadi objek cemohan dunia (butt of joke) dengan "smoking baby" yang videonya disiarkan dimana-mana, sekarang kekuatiranku diatas terbukti. Silahkan lihat sendiri sneak peek dari documentary "Sex, Lies & Cigarettes" :

http://www.youtube.com/watch?v=DiyWK3fzTpA&feature=youtu.be

[No english? jangan kuatir, ada subtitle dalam Bahasa. It's quite long, 43 minutes. So it's better to download entirely first, so you watch it again or share it with others]:

Share with us here what do you think after watching the video?

tabik,
Moko/


Jalur Menggunting Jawa : Pekalongan - Kalibening - Banjarnegara

Selasa kemarin saya melewati rute baru, menggunting pulau jawa tepat di tengahnya, dari utara ke selatan.

Diawali dengan pesawat dari Jakarta turun di Semarang, lalu bermobil ke Pekalongan, lalu belok ke selatan di daerah Wirodeso ke arah Kajen, ibukota kabupaten Pekalongan. Dari sana bergerak ke selatan ke arah kecamatan Kandang Serang. Ternyata, daerahnya sangat subur, hijau, lebat ditumbuhi pepohonan, baik kayu keras maupun lunak. Sungainya berbatu dan cenderung jernih meskipun musim hujan karena minimnya pasir.

Dari sana, bergerak lagi mendaki ke arah selatan, ke Kecamatan Paninggaran, dan sampai di pasar, belok kanan sejauh 15-an km, meninjau lokasi calon bendungan. Sepanjang daerah Kandang Serang - Paninggaran, didominasi tanaman keras berupa pinus. Tanaman ini tumbuh di lahan perhutani dan disadap getahnya oleh masyarakat untuk dijadikan bahan baku industri. Diameter batang pinus sudah cukup besar, bahkan ada yang di kisaran 30-40 cm. Di bantaran sungai, pemandangannya sangat indah. Sawah trap-trapan terasering bertumpuk2 dengan sangat indahnya, mungkin mencapai lima puluh trap lebih.

Selesai dari sini, perjalanan diteruskan mendaki ke selatan, ke arah Kalibening. Perjalanan tidak mudah. Selama ini yang saya tahu Pacitan itu sudah sulit medannya, ternyata rute Paninggaran - Kalibening - Banjarnegara ini tingkat kesulitannya sama, tetapi jauh lebih panjang, mungkin sekitar 6 kali jaraknya. Sedari Kajen, jalan berkelok, menanjak, menurun, sempit, dan beberapa rusak. Terkadang berpapasan dengan pengguna jalan lain sehingga harus berbagi hingga turun ke berem tanah.

Lepas dari pertigaan Kalibening, bila lurus ke arah pegunungan Dieng yang tembus Wonosobo, kami justru berbelok ke kanan karena mengambil rute jalur pintas. Ternyata perjalanan lebih berat karena sangat curam, sempit, jalan rusak. Tetapi pemandangan sangat indah. Sayangnya hari sudah mulai gelap karena sudah lewat jam 18. Di kanan kiri terdapat kebun teh, serta terhampar pula kebun salak milik masyarakat. Pemandangan indah pegunungan Dieng hanya sempat terlihat sesaat saja karena hari gelap dan berkabut tebal. Sayang sekali.

Sampai di Banjarnegara, jam sudah menunjukkan 19 lewat. Sejam berikutnya perjalanan diteruskan kembali ke Semarang, melalui rute Wonosobo, Temanggung, Ambarawa, Ungaran. Tanjakan curam Wonosobo hingga turunannya ke Temanggung masih saya saksikan di keremangan malam, sambil menemani Mas Diky yang mengemudikan Innova. Lepas dari kota Temanggung, mata sudah tidak kuat melek setelah malam sebelumnya tidak bisa tidur karena takut tertinggal pesawat jam 5.40 pagi, sehingga terpaksa begadang. Jam 23.30 perjalanan berakhir di Ungaran, dengan kepenatan yang luar biasa tentunya.

Sayangnya, saya tidak membawa kamera untuk bisa mengabadikan lokasi2 indah ini. Ada baiknya bila kawan2 tertarik atau pernah melewati rute tersebut berbagi cerita atau bahkan foto2nya. (SON)

Terima kasih sudah membaca.
--
mukhlason
ic/pnrbngn/99

Cluster Komunitas di Kota Solo

Tahun 80-an saya pernah membaca suatu artikel mengenai penyebab " kerusuhan di Solo ". Di dalam artikel  tersebut menyebutkan bahwa " kerusuhan di Solo " itu disebabkan oleh kesenjangan status ekonomi antara penduduk Solo asli dan pendatang.

Penduduk asli Solo, kebanyakan tinggal di daerah pinggiran kota, karena terdesak oleh kaum pendatang. Kaum pendatang dan penduduk asli Solo  menengah-atas  yang secara ekonomi lebih kuat menempati daerah kota, seperti :

Orang-orang Kalimantan ( Banjarmasin ), menempati daerah Kemlayan.

Orang-orang Arab, menempati daerah Pasar Kliwon.

Orang-orang Madura, menempati daerah Sangkrah.

Orang-orang China, menempati daerah Balong.

Daerah Singosaren, banyak orang-orang Padang yang tiggal disitu.  Orang Solo yang ekonominya menengah, tinggal di Kauman dan Keprabon ( biasanya pengrajin batik ). Pengusaha Batik yang kaya dan berhasil, tinggal di Laweyan, biasanya bukan asli Solo, mereka dari Desa Galgendu (Klaten/Delanggu ?).

Para keturunan raja dan abdidalem, tinggal di sekitar Mangkunegaran dan Istana Kasunanan.

Para pegawai kotapraja, kebanyakan menempati daerah Penumping, untuk yang menengah. Pamong praja kelas atas, kebanyakan tinggal di Banjarsari

Jadi, penduduk asli solo yang ekonominya lemah, tergeser kearah pinggiran, seperti, Purwosari, Mojosongo, Sumber, Nusukan. Jagalan. 

Apalagi, orang Solo asli itu, kebanyakan yang bekerja adalah kaum perempuan-nya, biasanya berdagang kain dan batik di Pasar Klewer. Para lelaki asli Solo, kebanyakan jaga rumah, ngingu perkutut dan adu jago.

Para wanita asli Solo, selain berdagang batik di Pasar Klewer, juga banyak yang berbisnis kuliner. Coba, kita perhatikan, nama-nama wanita Solo yang terkenal dengan bisnis kulinernya. Soto Giyem (Tipes), nasi liwet mbak Yanti (Purwosari) dan  bu Wongso Lemu (Keprabon), bakmi ketoprak yu Nani ( Kratonan), gudeg ceker bu Broto ( Margoyudan)

Menurut penulisnya, inilah yang menyebabkan kecemburuan sosial antara penduduk asli dan para pendatang. Kerusuhan-kerusuhan besar yang pernah melanda Kota Solo, selalu dimulai dari pinggiran kota, kemudian merambat ke tengah kota.

Setelah saya renungkan, apa yang dikatakan penulis tersebut sangat masuk akal.

Minyak Cengkeh – Keajaiban dari Dunia Tropis

 Cengkeh yang hanya tumbuh di daerah lintang rendah / tropis, ternyata memiliki beberapa keajaiban.

Cengkeh yang mayoritas mengandung minyak atsiri bernama eugenol (turunannya ada banyak macam, teman-teman Kimia lebih paham), ternyata memiliki keunggulan khasiat yang tidak dipunyai oleh sembarang tumbuhan. Cengkeh yang merupakan komoditas ekonomi bernilai tinggi, memiliki beberapa produk yang dapat dipanen, yaitu bunga cengkeh yang biasa disebut clove bud, gagang cengkeh (clove stem), dan daun cengkeh (clove leaf).

Bunga cengkeh, biasanya jarang diolah menjadi minyak atsiri karena harganya sudah cukup mahal, sedangkan harga minyaknya dan usaha yang diperlukan untuk mendapatkan minyak juga cukup besar. Sehingga minyak dari bunga cengkeh tidak terlalu banyak beredar.

Jenis minyak berikutnya, adalah minyak gagang cengkeh. Gagang kering yang diperoleh dari pemetikan bunga cengkeh di atas pucuk daun. Gagang ini dipetik dipisahkan dari bunga cengkeh dalam proses pemisahan dengan bunga. Istilah jawa-nya, adalah prithil cengkeh dan dilakukan beberapa saat setelah cengkeh dipetik sebelum dijemur.

Bila sudah kadung layu, proses prithil jadi lebih alot dan akan gampang lagi dilakukan setelah kering. Namun, pekerjaan memilah gagang dan bunga menjadi sulit karena warnanya sama-sama coklat tua. Minyak gagang diperoleh dengan distilasi gagang kering ke dalam ketel. Karena harga bahan baku gagang kering yang juga sudah di atas Rp.2ribu per kilogramnya, serta populasi gagang yang tidak terlalu banyak, menjadikan minyak gagang cengkeh jarang terdapat di pasaran.

Minyak Daun Cengkeh
Daun cengkeh, sebagai bahan baku utama pembuatan minyak ini kebanyakan diperoleh dengan mudah. Terlebih di musim kemarau, banyak guguran daun yang berjatuhan di sekitar pohon yang jumlahnya semakin banyak di daerah perkebunan cengkeh. Keberadaan distilasi minyak daun ini membuka lapangan penghasilan baru bagi masyarakat sekita kebun cengkeh. Pasalnya, tentu dibutuhkan banyak tenaga untuk mengumpulan daun kering ini. Dulu, nilai ekonomis daun tidak ada sama sekali.

Namun, begitu penyulingan daun marak, masyarakat pengumpul daun menjual daun kering seharga sekitar 100-500 rupiah/kg. Memang bila ditilik tidak terlalu besar. Namun, dalam sehari, per orang dapat mengumpulkan hingga dua karung besar berbobot hingga 30 kg. Sebuah tambahan penghasilan yang bisa memberdayakan masyakarat di tengah minimnya lapangan penghasilan yang diusahakan oleh negara.

Dalam sekali proses yang memakan waktu hingga delapan jam, rendemen minyak daun yang dihasilkan berada di kisaran 2 hingga 2.5 persen berat. Artinya, dari 100 kg daun kering, dapat dihasilkan 2 hingga 2.5 kg minyak daun cengkeh dengan harga jual di kisaran Rp.50 ribu/kg. Ukuran boiler / dandang pengukus daun supaya lebih ekonomis dirancang mampu memuat 900 – 1200 kg daun kering.

Kebutuhan utama untuk proses distilasi ini adalah air bersih dan bahan bakar. Sementara tenaga kerja juga termasuk satu faktor yang diperhitungkan biayanya. Air bersih digunakan untuk mengukus dan mendinginkan pipa distilasi sehingga berubah fasa menjadi cair, bisa diperoleh dari sekitar. Adapun bahan bakar, untuk ketel yang konvensional menggunakan bahan bakar kayu. Namun, bila sudah melewati satu siklus distilasi, tidak selamanya memerlukan kayu. Daun kering sisa distilasi yang sudah minim kandungan minyaknya, dijadikan bahan bakar yang mampu menghemat pengeluaran.

Selama ada pasokan bahan baku daun kering, proses distilasi bisa dijalankan terus-menerus. Namun, seringkali kendala yang menghadang adalah datangnya musim penghujan yang hampir setengah tahun lamanya. Kalaupun dipaksakan untuk memproses, rendemen yang didapat juga rendah, begitu pula dengan bahan baku daun kering yang juga menjadi sedikit. Seringnya, pada musim ini penyulingan diliburkan.

Khasiat Minyak daun Cengkeh
1. Obat sakit gigi yang mujarab : oleh dokter gigi, eugenol yang diencerkan dengan alkohol (kadar di kisaran 10-20%) dijadikan obat standar untuk sakit gigi. Bila anda membaca indeks komposisi obat gigi, bahan aktifnya adalah eugenol. Bila langsung menggunakan minyak cengkeh, efek penyembuhannya juga sama, tetapi sangat pahit dan panas, terlebih masuk ke dalam rongga mulut, terkena lidah dan gusi. Kalaupun terpaksa menggunakan minyak cengkeh murni, sebaiknya menggunakan secuil kapas yg dibasahi sedikit saja dengan minyak cengkeh. Meski pahit dan pedas, masih bisa ditahan.

2. Obat Luka Berdarah
Luka berdarah yang masih baru atau sudah lama, sangat cocok diberi minyak cengkeh. 15 menit pertama, memang rasanya sangat panas, hampir 5 kali dibandingkan Rheumason. Namun, bila diolesi minyak cengkeh, efek penyucihamaan (desinfektan), perangsangan penutupan luka dan pembentukan jaringan baru sangat-sangat cepat dibandingkan dengan obat lain. Saya berkali-kali membuktikan hal ini. Dari luka yang saya sengaja (kutil/caplak), hingga yang tidak sengaja. Pernah ketika naik kereta api Gumarang Jakarta-Surabaya, di Bekasi Timur kereta dilempar batu dari luar. Kaca pun hancur berantakan, dan pecahannya beberapa mengenai leher saya. Alhamdulillah karena saat itu saya membawa minyak, langsung saya olesi ke luka tersebut. Dalam 10 menit luka sudah berhenti mengalirkan darah, dan dalam sehari Alhamdulillah sudah hampir pulih. Orang lain juga demikian halnya. Di daerah Fatmawati, ketika ada insiden kecil, yakni spion bus pecah dan mengenai salah satu penumpang hingga terluka. Penumpang tersebut segera saya olesi minyak, dan Alhamdulillah pendarahan berhenti dan luka mengering.

3. Obat Luka Bernanah
Pertama kali saya membuktikan, adalah seorang famili yang sudah tiga hari luka bernanah di bagian jari tangan. Luka ini disebabkan bacokan arit / parang manakala sedang membelah kayu. Kondisinya cukup memprihatinkan, selain bernanah, selama tiga malam juga tidak bisa tidur nyenyak karena nyeri dan nyut-nyutan di jarinya. Sore hari ketika bertemu saya, langsung saya celupkan jarinya ke minyak cengkeh, sehingga seluruh luka terbasahi minyak. Ybs langsung menjerit kepanasan dan perih :) . Maklum, baru pertama. Tapi ini tidak berlangsung lama. 15 menit saja sudah berangsur hilang panas nyerinya. Paginya, ketika bertemu, famili ini mengatakan bahwa malamnya sudah bisa tidur nyenyak, nanahnya sudah mengempis dan tidak lagi bengkak. Dan saya celupkan lagi ke dalam minyak. Besoknya, luka sudah mengering, dan berangsur sembuh.

Kasus ke-dua, Almarhumah Ibu saya di pertengahan 2010. Manakala terjatuh dan bibir bawah sobek, karena sudah sore tidak segera saya bawa ke Rumah Sakit untuk dijahit. Melainkan dicuci dan dibasuh dengan minyak cengkeh. Entah bagaimana panas dan perihnya waktu itu. Ketika di UGD RS keesokan harinya (sudah lewat 12 jam lebih), dokter mengatakan bahwa luka untuk bisa dijahit dan pulih dengan bagus sebaiknya dilakukan pada masa Golden Period. Periode emas luka ini adalah maksimal enam jam setelah luka. Tapi bagaimana lagi, toh sudah terlanjur. Akhirnya pagi itu dijahit dengan 13 jahitan. Cukup banyak karena bentuknya seperti huruf T dan tidak rata.
Di masa penyembuhan luka ini, setiap habis mandi, Bapak saya selalu rutin menetesi minyak daun cengkeh ke bekas jahitan. Efeknya memang dahsyat. Nanah semakin cepat keluar dan terhitung banyak. Dan harus tega mengingat khasiat yang sudah diyakini selama ini. Tiga hari setelah dijahit, kontrol ke dokter. Dikatakan penyembuhan lukanya sangat bagus dan cepat. Begitu pula pada hari ke-lima, dikatakan luka sudah menutup sempurna, tetapi masih diperlukan satu kali lagi kontrol. Alhamdulillah, meski masih meninggalkan bekas luka robek yang minor, bibir Ibu saya sudah pulih, dan bagi orang awam, sekilas tidak nampak adanya bekas luka tersebut.

4. Obat Luka Bakar
Ini yang mengalami saya sendiri. Ketika lengan ini terkena knalpot motor, tentu rasa panas membakar. Dan bila tidak diobati, kulit melepuh berair. Begitu pula rambut tangan tidak tumbuh lagi dan meninggalkan bekas putih. Namun, karena waktu itu saya sedia selalu minyak cengkeh, langsung saya olesi. Alhamdulillah tidak sampai ada yang namanya lepuhan apalagi berair. Juga kulit cepat pulih, sementara bekasnya yang biasanya berwarna mengkilap atau putih, tidak lagi terlihat dalam 2-3 bulan. Bahkan rambut di daerah lukapun sudah tumbuh di waktu 2-3 bulan itu.

5. Minyak Urut
Karena sifatnya yang panas, minyak cengkeh sangat cocok digunakan untuk memijat dan mengurut urat yang capek maupun keseleo. Namun perlu diingat, panasnya 5 kali lebih kuat dibanding Rheumason. Apalagi minyak yang baru keluar dari penyulingan. Hati-hati untuk penderita lemah jantung / darah tinggi karena bisa sontak kaget.

6. Obat Nyamuk
Yang membuktikan pertama kali kawan saya. Semasa masih di Lapan Rumpin, nyamuk adalah teman kami setiap malam. Karena sudah menyerah, dan kebetulan stok obat nyamuk sedang menipis, minyak cengkehpun jadilah. Minyak dioleskan ke bagian kulit yang terbuka. Alhamdulillah nyamuk tidak berani hinggap. Cara yang lain, yakni diteteskan ke atas Mat / kertas obat nyamuk elektrik yang menggunakan pemanas model keramik. Seiring panasnya keramik, minyak juga menguap, menyebarkan eugenol melalui asapnya. Alhasil, nyamuk tidak berani mendekat.

7. Obat Bius
Di beberapa literatur yang pernah saya baca, di luar negeri eugenol ini digunakan sebagai bahan anestesi. Dan yang sudah diuji coba pada hewan.

8. Obat kedinginan
Karena efek hangat dan panasnya ke kulit dan tubuh, bila kedinginan cocok juga untuk dioleskan. Tetapi sekali lagi, terasa panas, dan bagi yang belum terbiasa, dicoba dahulu pada daerah yang tidak terlalu sensitif.

Populasi Cengkeh, bila di daerah Jawa banyak terdapat di Garut, Trenggalek, Pacitan, Malang, dan di lereng Gunung Lawu. Sementara di luar jawa, Sulawesi Selatan kabarnya juga daerah dengan populasi yang cukup banyak, namun belum termanfaatkan minyak daunnya. Dan yang sudah terkenal dari dahulu kala, Maluku dan Maluku Utara, sebagai daerah tujuan pencarian rempah-rempah, termasuk cengkeh. Di Aceh juga banyak dijumpai tanaman ini. Adapun di negara lain, Zanzibar adalah salah satu ikon cengkeh dunia. Adapun tujuan pemasaran, daerah yang banyak membutuhkan ditilik dari permintaan melalui situs Alibaba.com, India adalah konsumen yang senantiasa memerlukan dalam jumlah besar dan kontinyu.

Produk akhir berupa minyak cengkeh, di apotek, saya lihat juga sudah mulai ada yang memasarkan produk ini, termasuk salah satu produsen minyak-minyakan yang biasanya menjadi ikon minyak angin dan minyak telon.

Mengingat begitu banyaknya manfaat minyak cengkeh, maka hampir selalu ke manapun saya pergi minyak ini setia menemani.


--
mukhlason
ic/pnrbngn/99

Klub Film Bandung: Was Gedung Bioskop Solo

Kalau saya, karena nggak bisa ke gedung bioskop lagi [I'm allergic to popcorn fume], musti muter film sendiri. 
Baru-baru ini saya "nemu" ruang yang ideal di IFI a.k.a CCF untuk muter film. Aslinya memang didesign untuk muter film dan stage performance. Di belakang stage ada dinding putih lebar 8 meter ... that's what I need to show off my cool short-throw projector.

Saya juga "nemu" group kecil pencinta film klasik yang rutin screen film disitu ... tumbu entuk tutup! Sebagai "orang baru" di group saya belum ikut menentukan film mana yang akan diputar. 
Barangkali di jadwal y.a.d. aku bisa ikut bersuara :-) ... karena disamping klasik Eropa dan Asia Timur favorit group ini, sebetulnya banyak yang bagus-bagus dari Amerika [both fiction & documentary] yang "non Hollywood" [disini banyak yang "alergi" dengan film Hollywood :-]

Sementara ini saya cuma bantu-bantu muternya (did I say I got the coolest projector in town :-) dan ikut menyiapkan film dan subtitlenya. I make sure it's well spell-checked (my advisor once told me I could spell-check better than the computer :-). Juga aku pastikan subtitle ini bukan berasal dari "google translation" [yuck!]. 
Sebagai contoh, film yang akan diputer Senin y.a.d. ini, Tokyo Monogatari, tadinya punya banyak kesalahan dalam English subtitlenya ... tetapi sekarang sudah dijamin "bersih" setelah lewat manual (eyeballing) spell check.

Tokyo Monogatari (Tokyo Story) yang dibuat tahun 1953 ini adalah masterpiece dari direktur film ternama Yasujiro Ozu. Ceritanya sederhana, tentang pasangan kakek-nenek dari kota kecil yang mengunjung anak, mantu dan cucu-cucunya di Tokyo. 
Kalau saya lihat situasi ini masih sangat relevan di jaman ini. Benturan nilai dan adat kebiasaan lama dengan kehidupan keluarga "modern" di kota besar. Cerita klasik ini masih sering saya lihat di jaman ini; bahkan situasi yang mirip saya alami juga di lingkungan keluarga besar saya sendiri.

So, kalau pas di Bandung, silahkan mampir di Auditorium IFI a.k.a. Centre Culturel
Français (CCF), Bandung. Berikut jadwal dan judul film untuk Februari & Maret. Acara
berlangsung dari dari jam 17.00 sampai 20.30. Gratis.

 24 Januari : City Lights (Charlie Chaplin)

 30 januari : Blow Up (Michelangelo Antonioni)

 6 Februari : Red Beard (Akira Kurosawa)

 13 Februari : Barry Lyndon (Stanley Kubrick)
 20 Februari : Tokyo Monogatari (Yasujiro Ozu)

 27 Februari : The Celebration (Thomas Vinterberg )

 12 Maret : Underground (Emir Kusturica)

 26 Maret : Pintu Terlarang (Joko Anwar)




Email lanjutannya . .
Di kampus UW banyak aktivitas extra kurikuler [mirip unit-unit kegiatan di ITB], group film itu salah satu yang aku ikuti secara penuh karena setiap selesai screening-diskusi selalu merasa inspired, enlightened ... selalu ada sesuatu yang dibawa pulang untuk direnungkan. 
Proses kontempasi dan refleksi ini tidak jarang merubah cara dan gaya hidup kita selama ini, membentuk kita menjadi manusia yang lebih baik.

Selama 2 tahun ini aku mengamati komunitas ITB dari dekat dan mendapati (CMIIW) kultur intelektual itu hampir tidak ada atau terasa ... tentu saja bandinganku adalah suasana di UW-Madison. 
Aku mencoba menanamkan semacam "seed" via nonton-diskusi film ... karena aku tahu bener power dari visual stimuli seperti movie ini sebagai pemicu proses cognitive (selama 30 tahun disana aku sudah screening belasan ribu film). 
Sayang sekali resepsinya dari teman-teman masih belum nampak. Makanya aku gembira sekali nemu club film ini, via salah satu anggotanya, seorang cewek yang aku ketemu di bagian peralatan masak ACE Hardware (aku pergi ke toko ini kalau lagi "kangen" dengan suasana Amerika :-)

Club film ini kecil dari jumlah anggota, tetapi diskusinya sangat intens, sangat cerdas ... aku sudah memutuskan akan support mereka sedapat mungkin -- dan sambil jalan pelan-pelan memperkenalkan ke komunitas ITB (di Liga film sendiri sudah ada aktivitas, tetapi aku belum connect dengan mereka). 
Jadi, secara berkala aku akan umumkan jadwal acara pemutaran film di CCF ini, dan aku akan membantu membuatnya lebih menarik. 
Dan sudah ada ide dari muridku untuk membuat tradisi "nonton film cerdas" ini di Cijengkol (dia sudah memasukkan satu item "dinding lebar buat Moko" dalam design arsitektur ruangan baru yang sedang dibangun :-)

Moko/

Belajar Huruf Jawi Yuk

"Bandono Salim" <bandono.s@...> wrote:
Matur nuwun, bacaan ku dilengkapi. Tar aku tulis baik2 dpiguraan.
Kalau mau dipigurain ya mustinya pakai huruf-huruf aslinya ...