Sunday, February 19, 2012

Perspektif Lain Esemka

Temans

Ini saya kutipkan notes-FB yang saya tulis dan mendapat sambutan beragam dari yang membacanya, lumayan rame

Saya kutipkan disini, karena saya juga mengutip dari milis ini, pemikiran Bang Yusman SD soal 'esemka', juga karena ini soal 'industrialisasi' di Kota Solo.......mungkin di milis ini ada tambahan atau koreksi, dipersilahkan.

Monggo.....

++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Antara Solo-Bandung dan Jakarta

Masyarakat kita tentunya juga terpengaruh media-media utama, menjadi masyarakat 'kagetan dan gumunan' (Jw : gampang terperanjat, gampang terpesona). Tentu dari falsafah Jawa, masyarakat yang demikian adalah masyarakat yang 'sakit'.

Puluhan tahun lalu, Prof Habibie, pernah meluncurkan tesis : kalau bangsa ini bisa bikin pesawat, maka sudah pasti bisa bikin apa saja. Nyatanya, bangsa ini, puluhan tahun lalu sudah bisa bikin 'pesawat-penumpang-komersial'. Lalu, mengapa pula kita begitu 'kaget dan gumun', ketika anak-anak SMK mempertontonkan 'hasil prakarya'nya dalam bentuk mobil dan pesawat 'capung'.

Kerinduankah pada kebanggaan nasional akan teknologi transportasi, sehingga ketika mendapat trigger dari Solo mobil 'esemka', munculah beberapa hasil prakarya siswa SMK, Jakarta Pesawat terbang, juga Bandung.

Di Solo tak kurang Walikotanya, mendorong kuat agar 'hasil prakarya' ini menjadi prototip 'mobil nasional', artinya dari 'hasil-prakarya' ini akan 'langsung' jadi komoditi industri, lengkap dengan siapnya PT SoloManufakturKreasi (swasta murnikah, swasta dan Pemkotkah?....saya belum dapat infonya, namun jelas apapun formatnya menyimpan segudang persoalan, salah satunya 'kepemilikan merek esemka itu sendiri, bukankah sampai dengan sebelum dipasangi AD-1 semua khan pake uang rakyat INDONESIA, lewat KEMENDIKBUD, lalu gimana 'ujug-ujug' jadi milik PT SMK????) sebagai Pemilik/Operator.

Tentu ketika menjadi komoditi-industri, berbagai sertifikasi harus dipunyai, agar konsumennya nanti 'terlindungi', dan ini...jalan panjang yang tidak mudah tentunya. Ada alternatif solusinya, seperti yang dituliskan oleh senior saya Mantan Menhub,Jusman SD, di akhir notes ini,dimana saya cuplik dari milis 'IA-ITB Solo'.

Lalu, tak terasa pula energi waktu dan pikiran pak Walikota tersedot banyak untuk mewujudkan industri-mobil di kota Solo. Diluar penghargaan saya yang setinggi-tinginya pada kreasi adik-adik siswa SMK akan mobil 'esemka', pilihan Pemkot untuk mendorong adanya industri (baca : pabrik) mobil di Kota Solo apa strategis? Lahannya? Amdalnya? Lha wong Industri Textile saja harus diluar kota Solo. Belum lagi soal 'multiplier effect' nya bagi kesejahteraan warga-Solo bagaimana?

Kalau hanya sekedar buat citra-kota, tentu tak strategis pula, lantaran Bandung dan Jakarta SMKnya toh sudah bisa bikin pesawat terbang. Belum lagi, ketika melihat bodi mobil itu, dimana letak 'kota solo'nya....istilah gaul-nya : 'ga kliatan solo-bangetnya'. Hitungan saya sih, citra kota Solo ga nambah secara signifikan dengan adanya pabrik mobil-nasional dikota ini. Citra Kota Solo sudah pada 'puncak'nya sekarang ini, dengan 'Ir Joko Widodo' sebagai ikonnya atawa 'mayor attribute brand'. Buktinya, banyak pihak yang ingin mengusungnya jadi Gubernur DKI [ jujur, kalau saya sih penginnya beliau jadi RI-1 2014-2024, hahaha......]. Iya toh?

Lebih 6(enam) tahun lalu, saya mendapat kewenangan dari pak Jokowi dalam  'meng- arrange' pertemuan beliau dan siswa SMA/K di Kota Solo secara bergiliran setiap bulan, guna ada komunikasi (saling pengertian) antara Pemkot dan Pihak sekolah. Dimana Pihak Sekolah memahami langkah-2 Pembangunan yang sedang dan akan dilakukan Pemkot Surakarta dan Pak Walikota mengerti dan memahami kendala dan potensi yang dimiliki Sekolah/siswa2nya.

Terus terang, seingat saya memang belum pernah 'mengajak' pak Walikota untuk datang ke SMK-Teknologi-, karena : pertama, lewat perusahaan (radio) yang saya pimpin waktu itu, saya ingin mencitrakan Solo yang 'feminin' layaknya 'putri Solo', sedangkan yang berbau 'mesin/teknologi' berkesan 'machoooo bangetttt'....kedua, terinspirasi dari ahli strategi Tiongkok kuna, Sun Zu, 'jangan naiki bukit yang diatasnya telah bertengger kompetitormu', dan belakangan ditulis oleh konsultan manajemen tingkat dunia sebagai 'blue ocean strategy'........ dimana kalo kita bicara 'teknologi', ingatan kita tentu pada kota Bandung (ITB-PT DI-PT INTI-PT KAI-PT PINDAD-PT Telkom) dan Surabaya (ITS-PT PAL), nah kalo urusan komputer/internet/multi-media (salah satu jalur 'ekonomi kreatif') Solo tertinggal lumayan jauhlah di banding 'kompetitor-bebuyutan'nya yakni Yogyakarta......oleh karena itu saya prioritaskan pak Jokowi untuk berkunjung ke SMK-Kesenian-Perhotelan-dan Ekonomi.

[ Kalau ga salah inget lagi, di SMKN-6 Ska, d/h SMEA (?), 6 tahun lalu bertemulah 'duo Joko' dibalik 'mobil esemka' itu. Pak Joko Widodo dan pak Joko Sutrisno - Direktur Pembinaan SMK Kemendikbud (?). Karena waktu itu bertemu dalam konteks 'hospitality industries', maka 'duo Joko' itu saya sandingkan dengan 'bule Perancis' - GM hotel bintang-4 di jln slamet riyadi ]

Jadi singkatnya, meng-endorse 'mobil esemka' bagi Pemkot Surakarta saya kira bukan jalan mulus yang 'enak-kepenak' dan hasilnya 'ora mentes/ora kacek/ora tambah kondang' (Jw Solo : signifikan), lalu mengapa harus pol-pol-an dalam effort -nya, salah-salah malah jadi 'kontra produktif' bagi citra kota dan kesejahteraan warga Surakarta.

Mekaten atur kula, menawi wonten tutur ingkang kurang trapsila, nyuwun agunging pangaksami

Nuwun.

++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Matur nuwun kawigatosanipun

Salam saking Solo

PedhetWijaya

Posted to milis itbsolo @ Wed Jan 25, 2012 1:15 am

No comments:

Post a Comment