Sunday, February 19, 2012

Banjiri Anak2 Kita dengan Buku2



Sudah tiga minggu ini saya "ngoprek" koleksi picture-books dari Persia/Iran (dalam bahasa Farsi), mumpung ada teman lama (di US) dalam urusan digitasi buku yang memberi akses pada hasil kerjaan group-project dia, special-collection picture books dari penerbit terbesar di Iran. [Barangkali satu saat bakal aksesibel via Internet, tetapi saat ini aku boleh "ngintip duluan" (sneak peek). Karena aku nggak ikutan dapat ijin lisensinya, hasilnya tidak dapat aku distribusikan atau dipasang di website -- menurut fair-use, kritik, studi dan pembahasan di kelas masih okay.]

Dunia buku anak di Iran ini merupakan fenomena (atau anomali) yang sangat menarik, bisa jadi inspirasi untuk belasan doctor thesis. Koleksi ini archive dari penerbit, dalam rentang 30 tahun, lebih dari 12.000+ halaman, hi-res images -- yang selama 3 minggu ini saya download, halaman demi halaman. Koleksi (yang memenuhi kriteria saya) terdiri dari 326 picture-books, dan dari jumlah tersebut 271 mendapat award atau nominasi internasional (negeri Iran/Persia memborong awards jauh lebih banyak dari negara manapun di dunia). 
Selanjutnya, dalam 3-4 minggu mendatang, pekerjaan yang harus dilakukan adalah "menjahit" halaman-halaman menjadi buku (pdf), dan kemudian proses klasifikasi dan  kompilasi menjadi digital-library supaya lebih mudah diakses dan dipelajari. 
Sebagian kecil yang sudah selesai saya tunjukkan didepan kelas design Senirupa-ITB 2 minggu yang lalu, yang hadir termasuk dosennya cuma bisa kemekmek terlongong-longong ... [if I'm allowed to say 'I told you so' ... you guys have to go out there more frequently ... biar nggak kuper].

Genre picture-book ini sebetulnya bukan tujuan utama dari riset saya, tetapi begitu sudah memulai sesuatu saya ini selalu "to deeply go where no one has gone before" [dengan kebandelan yang hanya bisa disaingi oleh Mbah Marijan]. Dan setelah bergumul dengan koleksi special ini (saya yakin di Indonesia belum pernah ada yang melihat ini kecuali "sneak preview" di kelas Senirupa-ITB itu), saya bener-bener memahami apa artinya ilustrasi buku yang baik itu. Dan kalau ini membantu proses menanamkan kecintaan baca bagi anak-anak ... well, it deserves very special attention.

[ Catatan: Ada ujar-ujar Mexico/Spanish yang sangat mengena dalam soal ini: Una pintura es un poema sin palabras ... a painting/picture is a poem without words. Ini kelihatan dari wajah anak-anak desa Cijengkol yang setiap hari Minggu berkumpul membentuk kelas ditengah sawah (aktivitas murid saya yang nomor 2). Umur mereka antara 3-9 tahun, rentang usia dalam target riset saya. Yang belum bisa baca, saya minta untuk "membaca gambarnya saja" ... And it works! (as predicted). ]

Selama 17 tahun belakangan saya tergerak untuk menggali kembali, dan mengembangkan lebih dalam dan luas, riset kolosal David McClelland di Harvard di tahun 50-60an, "The Achieving Society (1961)" -- yang menunjukkan kaitan erat antara dongeng/buku anak-anak dengan kemajuan industri satu masyarakat/bangsa. Singkat kata, buku/dongeng di masa kecil itu membentuk karakter kita setelah dewasa (sebagai individu maupun secara kolektip).

Kalau dibalik, dalam konteks praxis social-engineering misalnya, kalau kita memang menginginkan generasi mendatang, 20-30 tahun y.a.d., adalah masyarakat dengan karakter yang unggul, sekarang ini banjirilah anak-anak kita dengan buku-buku, ceritalah kepada mereka dongeng-dongeng yang mengandung "pesan moral" yang unggul (e.g. courage, honor, love, loyalty, integrity, respect, ... etcetera.). Menelusuri children literature memberikan evidence bahwa bangsa yang "berhasil" saat ini sudah melakukan conditioning lewat buku/dongeng jauh sebelumnya.

Paling tidak pesan yang kita harapkan tertanam dalam benak dan kepribadian si anak nanti  bukanlah seperti pada dongeng kancil kita selama ini: nyolong, ngapusi, nyolong, ngapusi ... dan sang kancil itu dianggap sebagai "cerdas" bahkan sedikit heroik [bisa 'get away' dari hukuman/konsekwensi dari akibat perbuatan buruknya]


Nuwun,
Moko/

PS: Buat yang belum kenal, seperti pernah saya tulis di milis alumni ITB, saya ini juga anak-turun wong Solo, jadi waktu ditanya seorang ibu di Chicago, "Panjenengan punika aslinipun saking pundi?" -- karena yang tanya pakai bahasa halus saya tidak langsung bilang, "Gandrik! Aku ini anak-turune wong Solo," tetapi jawaban yang tidak kalah mlipisnya, "Bapak-Ibu saking Solo, lahir wonten Malang, menawi aslinipun ... asli Madison!"

Posted on milis itbsolo Apr 12, 2011
2:57 a

No comments:

Post a Comment