Sunday, February 19, 2012

Klub Film Bandung: Was Gedung Bioskop Solo

Kalau saya, karena nggak bisa ke gedung bioskop lagi [I'm allergic to popcorn fume], musti muter film sendiri. 
Baru-baru ini saya "nemu" ruang yang ideal di IFI a.k.a CCF untuk muter film. Aslinya memang didesign untuk muter film dan stage performance. Di belakang stage ada dinding putih lebar 8 meter ... that's what I need to show off my cool short-throw projector.

Saya juga "nemu" group kecil pencinta film klasik yang rutin screen film disitu ... tumbu entuk tutup! Sebagai "orang baru" di group saya belum ikut menentukan film mana yang akan diputar. 
Barangkali di jadwal y.a.d. aku bisa ikut bersuara :-) ... karena disamping klasik Eropa dan Asia Timur favorit group ini, sebetulnya banyak yang bagus-bagus dari Amerika [both fiction & documentary] yang "non Hollywood" [disini banyak yang "alergi" dengan film Hollywood :-]

Sementara ini saya cuma bantu-bantu muternya (did I say I got the coolest projector in town :-) dan ikut menyiapkan film dan subtitlenya. I make sure it's well spell-checked (my advisor once told me I could spell-check better than the computer :-). Juga aku pastikan subtitle ini bukan berasal dari "google translation" [yuck!]. 
Sebagai contoh, film yang akan diputer Senin y.a.d. ini, Tokyo Monogatari, tadinya punya banyak kesalahan dalam English subtitlenya ... tetapi sekarang sudah dijamin "bersih" setelah lewat manual (eyeballing) spell check.

Tokyo Monogatari (Tokyo Story) yang dibuat tahun 1953 ini adalah masterpiece dari direktur film ternama Yasujiro Ozu. Ceritanya sederhana, tentang pasangan kakek-nenek dari kota kecil yang mengunjung anak, mantu dan cucu-cucunya di Tokyo. 
Kalau saya lihat situasi ini masih sangat relevan di jaman ini. Benturan nilai dan adat kebiasaan lama dengan kehidupan keluarga "modern" di kota besar. Cerita klasik ini masih sering saya lihat di jaman ini; bahkan situasi yang mirip saya alami juga di lingkungan keluarga besar saya sendiri.

So, kalau pas di Bandung, silahkan mampir di Auditorium IFI a.k.a. Centre Culturel
Français (CCF), Bandung. Berikut jadwal dan judul film untuk Februari & Maret. Acara
berlangsung dari dari jam 17.00 sampai 20.30. Gratis.

 24 Januari : City Lights (Charlie Chaplin)

 30 januari : Blow Up (Michelangelo Antonioni)

 6 Februari : Red Beard (Akira Kurosawa)

 13 Februari : Barry Lyndon (Stanley Kubrick)
 20 Februari : Tokyo Monogatari (Yasujiro Ozu)

 27 Februari : The Celebration (Thomas Vinterberg )

 12 Maret : Underground (Emir Kusturica)

 26 Maret : Pintu Terlarang (Joko Anwar)




Email lanjutannya . .
Di kampus UW banyak aktivitas extra kurikuler [mirip unit-unit kegiatan di ITB], group film itu salah satu yang aku ikuti secara penuh karena setiap selesai screening-diskusi selalu merasa inspired, enlightened ... selalu ada sesuatu yang dibawa pulang untuk direnungkan. 
Proses kontempasi dan refleksi ini tidak jarang merubah cara dan gaya hidup kita selama ini, membentuk kita menjadi manusia yang lebih baik.

Selama 2 tahun ini aku mengamati komunitas ITB dari dekat dan mendapati (CMIIW) kultur intelektual itu hampir tidak ada atau terasa ... tentu saja bandinganku adalah suasana di UW-Madison. 
Aku mencoba menanamkan semacam "seed" via nonton-diskusi film ... karena aku tahu bener power dari visual stimuli seperti movie ini sebagai pemicu proses cognitive (selama 30 tahun disana aku sudah screening belasan ribu film). 
Sayang sekali resepsinya dari teman-teman masih belum nampak. Makanya aku gembira sekali nemu club film ini, via salah satu anggotanya, seorang cewek yang aku ketemu di bagian peralatan masak ACE Hardware (aku pergi ke toko ini kalau lagi "kangen" dengan suasana Amerika :-)

Club film ini kecil dari jumlah anggota, tetapi diskusinya sangat intens, sangat cerdas ... aku sudah memutuskan akan support mereka sedapat mungkin -- dan sambil jalan pelan-pelan memperkenalkan ke komunitas ITB (di Liga film sendiri sudah ada aktivitas, tetapi aku belum connect dengan mereka). 
Jadi, secara berkala aku akan umumkan jadwal acara pemutaran film di CCF ini, dan aku akan membantu membuatnya lebih menarik. 
Dan sudah ada ide dari muridku untuk membuat tradisi "nonton film cerdas" ini di Cijengkol (dia sudah memasukkan satu item "dinding lebar buat Moko" dalam design arsitektur ruangan baru yang sedang dibangun :-)

Moko/

No comments:

Post a Comment