Sunday, February 19, 2012

Jurus Mengosongkan Pikiran

Metaphor "empty cup" bukan berarti "nggak tahu apa2" -- karena sesungguhnya kita ini tidak bisa "melupakan" apa yang sudah kita pelajari, apa yang sudah kita ketahui. "Empty cup" dalam konteks ini lebih berarti "mengosongkan pikiran" [paling tidak untuk sementara] ... menghilangkan segala preconception -- conception formed in advance of adequate knowledge or experience, especially a prejudice or bias.

Sebetulnya ini tidak berbeda dengan attidude dasar dari science ... semua yang kita ketahui atau yakini sebagai "truth" itu bersifat adhoc (sementara), hanya berlaku sampai ada "truth baru" yang lebih baik, yang lebih menjelaskan. 
 
Kalau kita bersikukuh 'nggondeli' truth yang lama, yang kita yakini (mungkin sejak lahir), mana bisa kita menerima adanya truth yang baru ini. Akibatnya upaya untuk menemukan truth yang lebih baik ini mandeg ... kemajuan science stagnant [seperti terjadi di masyarakat kita, bahkan dikalangan kampus kita sendiri].

"Mengosongkan cawan" ini bukan barang mudah ... karena ini bertentangan dengan nature manusia (yang ingin hidup tentram bisa tidur nyenyak business as usual). Dalam ilmu psychology dikenal istilh "cognitive dissonance" [Leon Festinger, 1950an] dimna dijelaskan bahwa kalau ada dua atau lebih cognition yang bertentangan -- misalnya, truth lama vs truth baru, orang cenderung memilih yang lama (cari gampangnya) ketimbang truth baru (yang masih belum sepenuhnya dimengerti). 
 
Karena itulah sering kusinggung bahwa ini butuh keberanian yang luar biasa, bahkan untuk melakukan hal-hal yang "biasa" seperti mencoba ambil satu course di OCW-MIT itu [yang sampai hari inipun belum ada yang laporan telah melakukannya].

Dalam konteks fisika Newtonian, ini bisa dilihat sebagai "inertia"(kelembaman) yang sangat besar, yang tidak mudah dibelokkan/diubah begitu saja. Makin tua inertia ini makin besar (akumulatip) sehingga kita makin susah belajar hal-hal yang baru. Hal kelihatan jelas dalam urusan bahasa asing (salah satu observasiku dalam riset linguistik) -- yang bagi anak-anak di Cijengkol (3-10 tahun) adalah "a piece of cake" (dalam waktu yang sama aku memperkenalkan bahasa Inggris, Spanyol dan Perancis ... they just gobbled 'em up like it was a piece of cake :-)

"Truly wonderful, the mind of a child is."
-- Master Yoda, in Star War

____
Catatan: Buat para penggemar cerita silat, metafor ini dipakai oleh Chin Yung dalam cerita Sin-tiauw hiap-lu, dimana Siauw-liong-li dengan mudah mempelajari ilmu yang seharusnya sulit untuk dipelajari orang-orang yang "pintar/cerdas" ... ilmu memecah pikiran dari Ciu-pek-tong yang kuncinya terletak pada "hun-sim-ji-yong" (membagi perhatian untuk dua peranan). Justeru orang yang cerdik pandai, orang yang banyak berpikir dan suka berpikir, malahan sulit disuruh belajar ilmu silat ini. Siauw-liong-li meskipun cerdas, sejak kecil sudah terlatih untuk mengontrol emosinya, dengan "mengosongkan pikiran" yang menjadi dasar ajaran perguruannya di Kuburan Mayat Hidup.


Moko/

++++++++++

No comments:

Post a Comment